Sabtu, 09 Mei 2015

Untuk Lelaki-ku, Pria yang paling aku cintai..

Jika ada yang bertanya kepadaku siapa cinta pertamaku, aku akan menjawab,
Dialah, ayahku..

Tubuhnya tegap dan tinggi. Wajahnya menggambarkan ketegasan seorang pemimpin. Dengan kumisnya yang khas menghiasi wajahnya. Ayahku terlihat seperti seseorang yang dingin dan galak, jika dilihat dari penampilannya. Padahal saat beliau tersenyum, terpancar kehangatan dan sifat kasih sayang dari lengkungan senyumnya, dengan lesung bibir yang menambahkan kesan bahwa ayahku adalah seorang yang hangat dan sangat family man.
Bahkan jika ditanya seperti apa sosok kriteria pria idamanku, aku akan menjawab pria yang akan menjadi pendampingku harus seperti ayahku.. yap, pria idamanku adalah sosok ayahku. Ayahku menggambarkan sosok seorang pemimpin yang tegas namun begitu hangat dalam keluarga. Ayahku adalah kebanggaanku. Setiap apa yang ayah lakukan membuatku kagum dan makin membuatku bertambah sayang terhadapnya.

Setiap anak gadis tentunya sudah ditakdirkan untuk lebih dekat dengan sosok ayahnya daripada sosok ibu mereka. Dan itulah yang terjadi kepadaku. Aku sangat dekat dengan ayahku. Ayahku bernama Sutopo. Tanpa ada nama yang lain, tanpa tambahan gelar apapun dalam namanya, ia hanya seorang lulusan SMU. Tapi, ayahku memiliki gelar yang sangat prestisius dimata anak-anaknya, khususnya aku. Ayahku memiliki gelar sebagai seorang pahlawan dan cinta pertamaku. Seperti kata seorang anonim Daddy is a daughter first love.

Bahkan saat menulis tentang ayahku-pun saat ini, aku menangis. Mungkin lebih tepatnya, aku terharu. Entahlah ayahku seolah memiliki magnet yang sangat kuat bagiku. Banyak orang disekitar kami yang mengatakan bahwa kami begitu mirip. Mereka bilang gambar air mukaku, dan wajahku secara keseluruhan sangat mirip dengan ayahku. Bahkan lesung bibir yang kata orang menambah kadar manisku juga sangat mirip dengan yang dimiliki oleh ayahku. Janggutku yang khas ini juga kloningan dari ayahku, barisan gigigiku yang kecil seperti biji mentimun juga kloningan dari ayahku. Hehe kami sangat mirip katanya. 

---
Aku tahu, hidup tak akan semudah yang aku bayangkan. Aku banyak belajar tentang kehidupan dari beliau, seorang lelaki tanpa gelar namun sangat berjasa bagi kami anak-anaknya. Ayahku selalu mengajarkan agar aku menghargai oranglain, selalu bersikap rendah diri dan berguna untuk oranglain, bukan menyusahkan oranglain. Ayahku mengajarkan aku menjadi seorang wanita tangguh, kuat dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap apa yang aku lakukan.

Suatu hari, saat itu aku berusia 10 tahun, baru saja memasuki kelas 4 sekolah dasar. Aku mengalami kejadian yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Suatu kejadian yang benar-benar membuatku harus menjadi seseorang bertanggung jawab terhadap apa yang telah aku perbuat.
Kisah ini berawal dari sebuak kepingan dvd yang aku pinjam dari sebuah rental dvd. Waktu itu masa peminjamannya 3 hari. Aku meminjam sebuah dvd film horror berjudul Kuntilanak, yang dibintangi oleh Julie Estelle dan Evan Sanders. Berhubung aku sangat suka dengan hal yang berbau mistis. Akupun menyewanya. Aku mengajak sepupuku Dodo, untuk menontonnya bersama. Karena, meskipun aku tertarik dengan dunia mistis tetapi aku tetapsaja seorang gadiskecil yang bisa dibilang penakut.
Setelah menonton bersama, ternyata Dodo malah meminjam atau lebih tepatnya membawa kabur kepingan dvd film tersebut tanpa memberitahukannya kepadaku. Dasar pelupa, aku juga lupa bahwa sudah lebih dari 3 hari dvd itu disewa atas namaku. Sedangkan dvd itu tidak berada ditanganku.
Malam itu, setelah pulang mengaji ayahku kedatangan seorang tamu. Entahlah aku tidak tahu siapa tamu itu. Kemudian ayahku memanggilku.

Kamu pinjam kaset apa? dari nada bicara ayahku dan raut mukanya, aku bisa tau kalau ayahku sedang marah besar sekarang.

Saat itu, aku masih ingat. Dengan tegas ayahku menyuruhku membayar uang denda kaset itu.  Aku hanya menunduk tak berbicara apapun, kecuali memainkan jari-jemariku. Aku gugp dan takut. Akibat kecerobohanku dan kenakalan sepupuku itu, aku harus membayar denda sebesar Rp 5000,00 uang yang lumayan banyak untuk ukuranku saat itu. Untung aku punya celengan, jadi aku mengambil uang dari celenganku. Saat itu aku merasa malu terhadap diriku sendiri, terutama kepada ayahku. Aku merasa bersalah karena tidak bisa bertanggung jawab terhadap apa yang telah aku lakukan. Namun, dengan adanya kejadian di malam itu. Aku bisa mendapatkan pelajaran dari apa yang telah aku lakukan. Tanggung jawab.

Jika kamu berani melakukan sesuatu,  kamu harus berani, karena hasil atau akibat dari perbuatanmu akan menjadi tanggung jawabmu Ayahku.


---
Ayahku banyak mengajarkan tentang kehidupan, secara tersurat maupun tersirat. Selama ini aku selalu tahu bahwa ayahku adalah sosok yang tangguh, itu pasti karena beliau adalah seorang pria. Selama ini aku sering mengeluh tentang kehidupanku, semua yang aku alami selalu kuprotes. Kenapa aku begini dan kenapa aku begitu dan kenapa selalu aku?

Hari itu mamaku menasehatiku, mama bilang aku harus menjadi seorang yang kuat dan tegar, demi ayah. Lalu mamaku bercerita mengenai banyak hal tentang ayahku yang aku tak tahu sebelumnya, bahkan tak pernah aku sangka. Ayahku banyak mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Maksudku, dalam dunia pekerjaannya. Selalu ada saja orang-orang yang berusaha menjegal karir beliau. Memfitnah beliau. Orang kepercayaan yang menusuk beliau dari belakang. Sejujurnya itu membuatku shock, dan membenci orang-orang yang mencoba menghancurkan ayahku.
Tetapi, dari situ aku belajar untuk menjadi wanita tangguh. Tangguh seperti ayahku, mamaku juga menasehatiku agar aku punya kepribadian seperti karang yang ada dilautan luas.

jadilah seperti karang, yang tak goyah walau diterjang badai

Dari situ pulalah aku belajar untuk tidak mudah mempercayai oranglain. Sehingg secara tidak langsung apa yang terjadi  kepada ayahku, itu pula yang membentuk karakterku. Aku orang yang tegas, seperti ayah. Aku orang yang tidak mudah mempercayai oranglain, seperti ayah. Aku orang yang tidak egois, seperti ayah. Aku orang yang punya pendirian kuat dan tetap, seperti ayah. Aku mempunyai banyak teman, meskipun aku tidak tau siapakah temanku yang sebenarnya. Seperti ayah.

Aku adalah gadis yang cerewet dan serba ingin tahu. Aku adalah gadis yang selalu bertanya. Aku adalah gadis yang tak pernah puas hanya dengan satu jawaban. Karena aku selalu suka segala sesuatu yang perfect dan detail. Aku sangat dekat dengan ayahku. Kami selalu bertukar cerita. Bahkan kami juga sering berdebat haha. Rasanya kami sangat cocok satu sama lain.

Suatu hari aku bertanya tentang politik kepada ayahku. Waktu itu aku baru kelas lima SD. Aku berkata Yah, aku pingin jadi pengacara atau politikus hehe..

Wah, kenapa bisa seperti itu? Apa yang membuatmu begitu tertarik dengan bidang itu nak? ayahku tersenyum sambil melipat Koran yang sedang dibacanya lalu mendekat kearahku.

Aku suka aja, aku pingin membela kebenaran. Aku pingin jadi seseorang yang bisa membantu orang-orang diluar sana yah..

Haha.. jika ingat waktu itu, aku merasa malu dan sedikit bodoh. Di usia yang sekecil itu aku sudah mulai sok tau dan ingin belajar berpolitik. Memang ayahku suka bercerita mengenai politik kepadaku, menceritakan hal-hal yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan. Tetapi satu hal yang paling aku ingat dari ucapan ayahku adalah..

Politik itu kejam div, semakin kamu masuk kamu akan semakin terjerat. Terlalu berisiko kalau putrid kecil ayah ini ingin menjadi seorang politikus

---
Dongeng sebelum tidur, adalah saat-saat yang selalu aku tunggu saat aku masih kecil dulu. Aku suka sekali saat ayahku mulai mendongeng. Ayahku suka mendongeng tentang si Kancil, Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, cerita pewayangan dan ayahku juga sering mengajarkanku doa-doa sholat sambil aku terlelap tidur.
Setiap malam sampai aku duduk dikelas 3 SD, aku selalu tidur dan dikeloni oleh ayahku. Hehehe.. kadang aku rindu dengan masa itu. Ayahku selalu bercerita tentang yang ingin aku dengar. Tidak hanya dongeng-dongengan dan bacaan doa, tetapi juga tentang kisah hidupnya sedari kecil hingga usia ayahku saat itu. Hal itulah yang membuatku sangat dekat dengan ayahku.

Suatu hari saat aku masih kelas 1 SD, ayahku harus ikut pelatihan KP 1 (Kursus Penjenjangan) di Madiun Jawa Timur. Jadi, selama 40 hari beliau tidak berada dirumah. Dan itu cukup membuat pusing mamaku. Karena aku jadi tidak bisa tidur jika tidak dikeloni oleh ayahku.akhirnya, karena saat itu aku sudah lancer membaca dan menulis, ketika mama ingin mengirim surat untuk ayahku, mamaku memintaku untuk menuliskan sebuah surat untuk ayahku juga. Akhirnya dilembar surat itu, ada sedikit tulisanku yang isinya apa kabar yah, diva kangen ayah.. haha kadang suka terharu jika mengingat kejadian yang menyenangkan dimasa lalu. Ayahku selalu berpesan kepadaku, masalalu itu kenangan yang tidak akan pernah terjadi dua kali. Jadi masa-masa yang telah lalu itu menjadi kenangan, yang akan selalu melekat di hati dan pikiran mu.                                                                                             
                                                             ---                                           
Aku jatuh cinta, pada seorang teman kampusku. Setiap malam, aku dan ayahku selalu saling menelfon untuk sekedar menyapa ataupun sharing berbagi cerita yang terjadi pada hari itu. Tanpa segan aku menceritakan tentang sesosok pria yang telah menjerat hatiku ini. Ayahku mendengarkannya dengan penuh perhatia, diujung telfon.

Lalu aku harus bagaimana ayah? Kenapa aku sangat ingin mengenalnya lebih jauh?

Diva, jika dia juga menyukai ataupun tertarik kepadamu. Tentunya dia akan merespon balik. Setidaknya kalian mungkin bisa membuka suatu pembicaraan

Tapi mana mungkin aku yang memulai yah?

Kamu boleh menyapanya duluan. Tapi tetap ingat, kamu adalah seorang wanita nak.. Laki-laki akan lebih menghargai wanita yang menjaga kehormatan dirinya..

Selalu nyaman saat aku bercerita tentang apapun kepada ayahku. Beliau selalu mempunyai cara dan solusi untuk memecahkan masalahku. Ayahku selalu mempunyai semangat yang bisa ia tularkan kepadaku dan kepada semua anak-anaknya. Ayahku selalu mengingatkanku dan berkata Jangan pernah jadi lilin, meskipun ia dapat menolong orang lain. Tetapi ia  akan habis tak berbekas dan mengorbankan dirinya sendiri. Jadilah sebuah lampu neon. Ia menerangi, tetapi tak pernah habis karena wujudnya tidak bisa musnah

Mencintai itu adalah bagaimana kamu memberi dengan tulus dan tidak berharap apapun darinya, cintailah dia yang kamu cintai. Tapi jangan terlalu banyak berharap karena ketulusan cinta itu tak meminta kembali

Jadi, aku boleh mencintai kan Yah?


With LOVE,
Your First Daughter
                                                                                                 
                                                                                            Kusuma Diva Larasati

Kamis, 19 Februari 2015

Rindu (?)

Hai, apa kabar?
Sepertinya aku sedang merindukanmu. Ah.. entahlah, mungkin aku hanya gadis yang labil. Aku hanya sekedar merindukan sapaanmu, itu saja. Tapi, kenapa semuanya serasa kompleks ya? Aku lelah sendiri tanpa perhatianmu. Aku rindu cuekmu, aku rindu sok acuh tak acuhmu. Kapan kita bisa bertemu lagi? Sekarang? Tak mungkin. Atau mungkin lusa? Minggu depan? Tahun depan atau entahlah..
Aku masih ingat saat kau berusaha membuatku tersenyum. Saat kau berusaha meyakinkanku, saat kau marah karena kesalahanku. Saat kau mengenalkanku kepada semua temanmu dan orang-orang disekitarmu.
Sedih rasanya mengingat kebodohan dan kesalahan yang tidak sepatutnya kubuat.
Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, pernahkah kamu merindukan aku?
kapan kamu akan merindukan aku lagi?
jujur saja aku sudah lelah dilanda rindu.




Aku ingin sedikit bercerita. Apakah kalian tau kenapa penyesalan selalu datang belakangan? Kadang ada beberapa hal yang kita inginkan, tetapi Tuhan tidak memberikannya untuk kita saat itu. Saat semuanya berlalu terbawa waktu dan dia yang ada saat itu meninggalkanmu, apa yang akan kau lakukan saat kau merindukannya?
Seperti aku, yang saat ini sedikit merindukannya. Seperti siang yang selalu merindukan matahari.
Aku hanya ingin kembali lagi ke dalam kisah yang tak panjang, kisah sebentar yang menyatukan kita. Kisah sebentar yang kita lalui bersama.
Tak banyak kenangan yang kita lakukan berdua, kamu lima aku dua. Kamu disana, aku disana. Tetapi, kita berbagi rasa kan? Kau dan aku keras kepala, sama-sama acuh. Bagai batu yang sulit dipecah, seperti air dan minyak.
Kenapa dulu kita harus saling membenci hingga akhirnya saling mencintai seiring waktu lalu harus terpisah kembali seperti semula?
Lalu kenapa pula kamu menbuatku memiliki separuh dari hatimu? Yang katamu, kamu sulit hidup hanya dengan separuh hati? Atau mungkin sekarang kau tak membutuhkan lagi separuh dari hatimu? Lalu kenapa kau memberi separuh hati itu kepadaku?
Bolehkah aku menyalalahkan hujan? Yang menghapus goresan kisah kita diatas tanah itu?
Kau bilang akan selalu mengingatku. Kau bilang akan selalu bersamaku, akan selalu ada di belakangku untuk mendorongku saat aku mundur, memapahku saat aku terjatuh. Akan selalu ada disampingku untuk menuntunku saat aku tesesat. Selalu ada didekatku untuk memeluk dan menggendongku saat aku tak sanggup melangkah lagi.

Hingga akhirnya, ada seseorang yang mengantikanku, padahal kau bilang aku takkan terganti.

Butuh kedewasaan untuk mencerna itu semua, jangan dibodohi waktu. Kadang tak ada satupun yang berpihak kepadamu. Ingatlah yang menentukan jalan hidupmu adalah kamu sendiri. Masalalu hanyalah masalalu, penyesalan itu bagian dari perjalanan hidup. Jadikan pelajaran, tidak semua yang kita inginkan akan tercapai..
Mungkin Tuhan punya cara lain untuk menunjukkan siapa yang pantas kamu cintai dan waktu yang tepat untuk memuali semuanya dari awal lagi.

Selamat malam, semoga bisa dijadikan pelajaran.,

#menyelesaikan tulisan lama#rewritedraft#finally done! :)

Rabu, 19 November 2014

Aku Suka Aromamu

Aku suka aromamu. Campuran bau rokok berasa mint dan parfum yang terasa manis dan segar. Aku suka saat kau dekat-dekat denganku. Seakan-akan aku bernafas dari hembusan nafasmu. Aku suka meminta permen darimu, saat kau memilihkan kata-kata yang manis yang tertera dibungkus permen itu. Aku suka sikap cuekmu. Aku suka  saat kau tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigimu yang indah.. aku suka saat kau memainkan gitar akustikmu dan menyanyikan lagu favoritku. Ehm..yang belakangan ku ketahui juga menjadi lagu favoritmu. Aku suka saat kau melontarkan kata-kata gombalmu kepadaku. Ya, hanya saat kau melontarkannya kepadaku. Aku suka. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu hinggap di perutku. Seperti saat kau bilang kunci dari diriku adalah kau J
Seperti hari ini, saat di kelas TIK kau memberiku sebungkus permen fox, black-currant lagi.
                “ ini buatmu..” katamu seraya memberikan sebungkus permen itu kepadaku.
Aku terdiam, shock.. “ eh.. rasa apa ini? Makasih..” bodohnya aku kan? Padahal, bungkus permen itu sudah jelas-jelas berwarna ungu. Anggur.
Lalu, didepan kelas waktu itu, saat kau tiba-tiba duduk di sebelahku sambil memainkan gitar akustikmu. Aku kaget, namun tetap berusaha rileks. Sungguh, saat itu aku benar-benar tidak yakin dengan apa yang kukerjakan dengan laptopku. Konsentrasiku pecah karenamu.
                “ kamu pake shampoo apa? Clear? Atau apa? Baunya gak asing buatku..” tiba-tiba kau menatap layar laptopku sambil terus memainkan jari-jemarimu diatas senar gitarmu.
                “ oh ya? Memang kenapa?” lagi-lagi aku merasa bagaikan orang paling bodoh didunia dengan pertanyaan itu.
                “ ehm.. aku suka seperti bau aroma mantanku hehe..” kau menjawab asal. Nyengir lebarmu memperlihatkan gigimu yang rata. Dan aku suka itu.
                “ mantanmu?” aku menarik nafas dan “ Sunsilk..” jawabku singkat dengan tetap menatap wajahmu.
                “ yang hitam?” kau masih menatapku juga.
                “ iyaa..” aku tersenyum dan memalingkan wajahku. Aku takut kau semakin membuatku tergila-gila padamu. Aku takut kau tau tentang perasaanku.
                “ aku suka bau aroma rambutmu “ kau tersenyum misterius. Entahlah, aku tidak ingin mengartikannya menjadi lebih jauh lagi. Aku takut salah menilai arti senyumanmu itu.
                “ iya, karena beraroma mantanmu haha” aku menjawab asal. Sebenarnya aku suka kau menyukai wangi rambutku, tapi aku tak suka kau menyebut kata ‘mantanku’.
Dan lagi-lagi kau diam dan tertawa. Entahlah, aku tak mengerti.
Tiba-tiba, kau duduk disebelahku. Saat itu pelajaran matematika. Pelajaran yang membodohiku namun kau menyukainya. Seketika aku gugup. salah tingkah dan bingung harus bagaimana.
Sesak, rasanya sulit bernafas saat itu. Aku yang tak begitu menyukai pelajaran ini, bertambah bingung dan tak tau harus bagaimana. Kau sesekali mengoceh mengikuti penjelasan dari Bu Rini. Tapi kau tetap acuh dengan rasa gelisahku. Dan aku bersyukur akan hal itu.

Suatu hari, aku pernah bertanya tentang rokok favoritmu. Tentang sejak kapan kau mulai merokok. Bagaimana rasanya dan seperti apa rasanya menjadi seorang perokok.
                “ ehmm apa ya? Nyaman aja sih. Awalnya gak enak, tapi ya lama-lama enak” kau menjawabnya dan lagi-lagi kau memaerkan barisan gigi indahmu. Ah…
Saat aku menanyakan merk rokok favoritmu, kau hanya tersenyum diam melihatku. Tak menjawab dan kau terus saja memainkan gitarmu. Kau mengacuhkan pertanyaanku. Diam.
Aku hanya mengangguk-angguk saja. Tak tau harus bertanya apa lagi. Tiba-tiba bel pergantian jam berbunyi. Kau masih belum beranjak dari tempat dudukmu. Memperhatikan aktivitas googlingku. Sesekali kau mengomen gambar tentang tugas bahasa inggris yang sedang kucari. Aku berusaha menanggapinya dengan santai, ikut tersenyum dan tertawa merespon sikapmu yang membuatku, ehm jujur saja. Aku Ge-Er dengan sikapm terhadapku akhir-akhir ini. Mungkin kau hanya menganggapku teman biasa. Namun, entah mengapa aku merasakan hal yang tak biasa. Aku hanya takut kau merubah sikap hangatmu, menjadi dingin lagi seperti sebelumnya. Itu saja.

Hari ini teman-teman sekelasku memutuskan pergi ke pantai. Sebenarnya aku ingin ikut, namun karena mungkin transportasi yang minim. Aku batal ikut. Ditambah sahabat sebangkuku enggan ikut.
                “ enggak ah, capek. Mending tidur aja seharian dirumah” jawabnya asal saat aku menanyakannya.
Kau tahu, kenapa aku ingin ikut? Karena kupikir, mungkin kau akan ikut. Namun, aku mengurungkan niatku. Bukan hanya karena alasan transportasi. Bisa saja aku nebeng teman-temanku. Tapi, aku mengurungkannya karena aku tahu. Aku telah salah. Salah jikalau selama ini aku selalu mengharapkanmu. Salah jika aku mengartikan sikap hangatmu sebagai rasa yang berbeda. Aku salah karena aku berani mencintaimu.
Sore ini, aku diam menatap tetesan-tetesan air hujan dari jendela kamarku.Menikmati aroma bau tanah basah yang khas, adalah hal yang kusukai. Aku gelisah, berharap kau menghubungiku. Ah.. bukannya aku tahu, bahwa kau sudah  memiliki gadis lain yang telah mengikat hatimu? Bodoh. Kenapa aku harus menyimpan perasaan ini untukmu? Harusnya aku sadar, sikap hangatmu kepadaku hanyalah sikap hangat seorang teman saja. Tak mungkin kau mempunyai perasaan yang lebih untukku. Lagipula, siapa aku?  Memimpikan seorang bintang basket sekolah, meskipun kau bukan seorang kapten. Setidaknya aku tahu kau telah banyak mencuri hati gadis-gadis di sekolah kita. Dan dari sekian pilihan itu kau memilihnya. Seorang pebasket putri yang jelita.
Aku semakin tertohok nyeri, saat mengetahui kebersamaan kalian berdua yang semakin lama semakin membuatku perih. Setiap kali berpapasan dengan kalian berdua, aku berusaha untuk lepas. Aku berusaha rileks. Semoga saja kalian tidak menyadari kegelisahanku selama ini.
Makin hari, seiring dengan berjalannya waktu sikap hangatmu tak mudah kupahami. Semuanya seakan memiliki fase. Fase dimana kau sangat memperhatikanku dan fase saat kau sama sekali mengacuhkan aku. Aku perasa dan aku tak pernah tega.
Suatu hari, sikap hangatmu terus menjalar selama sebulan penuh. Aku bingung. Kau menemaniku kemanapun aku pergi, kita makan siang bersama. Belajar bersama, bernyanyi bersama dan lebih sering duduk bersama sekarang. Sesekali kau menyentuh rambutku.
                “ hmm.. wanginya tetap sama ya..” tiba-tiba kau menyentuh beberapa helai rambutku dan menghirup aromanya. Aku bergidik geli.aku hanya tersenyum sambil tetap melanjutkan tugas biologiku. Dalam beberapa waktu kau tetap saja terus memainkan rambutku. Diam-diam diluar sana, ada sepasang mata indah yang tanpa kami sadari sedang mengawasi kami sedari tadi.
Tiba-tiba.. plash..
Wajahku basah, bau the poci rasa cokelat. Aku kaget, seluruh wajah, baju atasanku dan buku-bukuku basah semua. Aku berusaha mengelap wajahku. Kini, disekelilingku sudah banyak teman-temanku, teman-teman gadis itu dan tentu saja kau, tepat disebelahku. Aku bisa merasakan deru nafasmu yang penuh amarah. Kau berusaha menampar wajahnya, tapi aku berhasil menahan tanganmu.
                “jangan..” ujarku lirih. Kau masih saja menatapku bingung.
Mata gadis itu berkaca-kaca, lalu meninggalkan kelasku. Aku berlali mengejarnya, tanpa peduli sekelilingku. Tanpa mendengarkan panggilanmu, dan tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang memandangku sinis.
;               “tunggu..” ya, aku berhasil menggapai salah satu tangannya. Ia menghentikan langkahnya. Berbalik arah dan menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca. Tanpa sungkan-sungkan..
Plakk. Panas rasanya, perih. Ia menamparku. Dapat kurasakan kami sedang menjadi bahan tontonan murid lain.
                “kenapa? Aku pikir kita seorang teman.. tapi ternyata” airmatanya menetes, mengaliri pipi mulusnya. Aku tak mampu berkata-kata saat tiba-tiba kau dating dan seolah-olah berusaha melindungiku.
Saat itu aku berharap kau akan melindungiku, menarik tanganku lalu memelukku. Namun.. kau mendekat kepadanya, memeluknya menghirup aroma rambutnya,kau berusaha menenangkannya. Kau berusaha menuntunnya keluar dari kerumunan itu. Kalian melewatiku, isakan tangisnya membuatku sedih. Namun yang membuatku perih adalah, kau mengacuhkanku sama sekali.
Tolol. Bukaknkah dari awal aku sudah sadar dengan apa yang aku lakukan? tak mungkin kau akan memilihku. Apakah kau tau? Aku dapat belajar dari ini semua, tak semua aroma yang kau suka dapat membuatmu bahagia. Ia hanya bisa membuatmu nyaman. Tanpa bisa menyentuh aroma itu. Seperti aku..
Jember, 8 desember 2013
Untuk seseorang yang beraroma khas, rokok dan parfum.

Terimakasih sempat menjadi penyemangatku J