Rabu, 19 November 2014

Aku Suka Aromamu

Aku suka aromamu. Campuran bau rokok berasa mint dan parfum yang terasa manis dan segar. Aku suka saat kau dekat-dekat denganku. Seakan-akan aku bernafas dari hembusan nafasmu. Aku suka meminta permen darimu, saat kau memilihkan kata-kata yang manis yang tertera dibungkus permen itu. Aku suka sikap cuekmu. Aku suka  saat kau tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigimu yang indah.. aku suka saat kau memainkan gitar akustikmu dan menyanyikan lagu favoritku. Ehm..yang belakangan ku ketahui juga menjadi lagu favoritmu. Aku suka saat kau melontarkan kata-kata gombalmu kepadaku. Ya, hanya saat kau melontarkannya kepadaku. Aku suka. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu hinggap di perutku. Seperti saat kau bilang kunci dari diriku adalah kau J
Seperti hari ini, saat di kelas TIK kau memberiku sebungkus permen fox, black-currant lagi.
                “ ini buatmu..” katamu seraya memberikan sebungkus permen itu kepadaku.
Aku terdiam, shock.. “ eh.. rasa apa ini? Makasih..” bodohnya aku kan? Padahal, bungkus permen itu sudah jelas-jelas berwarna ungu. Anggur.
Lalu, didepan kelas waktu itu, saat kau tiba-tiba duduk di sebelahku sambil memainkan gitar akustikmu. Aku kaget, namun tetap berusaha rileks. Sungguh, saat itu aku benar-benar tidak yakin dengan apa yang kukerjakan dengan laptopku. Konsentrasiku pecah karenamu.
                “ kamu pake shampoo apa? Clear? Atau apa? Baunya gak asing buatku..” tiba-tiba kau menatap layar laptopku sambil terus memainkan jari-jemarimu diatas senar gitarmu.
                “ oh ya? Memang kenapa?” lagi-lagi aku merasa bagaikan orang paling bodoh didunia dengan pertanyaan itu.
                “ ehm.. aku suka seperti bau aroma mantanku hehe..” kau menjawab asal. Nyengir lebarmu memperlihatkan gigimu yang rata. Dan aku suka itu.
                “ mantanmu?” aku menarik nafas dan “ Sunsilk..” jawabku singkat dengan tetap menatap wajahmu.
                “ yang hitam?” kau masih menatapku juga.
                “ iyaa..” aku tersenyum dan memalingkan wajahku. Aku takut kau semakin membuatku tergila-gila padamu. Aku takut kau tau tentang perasaanku.
                “ aku suka bau aroma rambutmu “ kau tersenyum misterius. Entahlah, aku tidak ingin mengartikannya menjadi lebih jauh lagi. Aku takut salah menilai arti senyumanmu itu.
                “ iya, karena beraroma mantanmu haha” aku menjawab asal. Sebenarnya aku suka kau menyukai wangi rambutku, tapi aku tak suka kau menyebut kata ‘mantanku’.
Dan lagi-lagi kau diam dan tertawa. Entahlah, aku tak mengerti.
Tiba-tiba, kau duduk disebelahku. Saat itu pelajaran matematika. Pelajaran yang membodohiku namun kau menyukainya. Seketika aku gugup. salah tingkah dan bingung harus bagaimana.
Sesak, rasanya sulit bernafas saat itu. Aku yang tak begitu menyukai pelajaran ini, bertambah bingung dan tak tau harus bagaimana. Kau sesekali mengoceh mengikuti penjelasan dari Bu Rini. Tapi kau tetap acuh dengan rasa gelisahku. Dan aku bersyukur akan hal itu.

Suatu hari, aku pernah bertanya tentang rokok favoritmu. Tentang sejak kapan kau mulai merokok. Bagaimana rasanya dan seperti apa rasanya menjadi seorang perokok.
                “ ehmm apa ya? Nyaman aja sih. Awalnya gak enak, tapi ya lama-lama enak” kau menjawabnya dan lagi-lagi kau memaerkan barisan gigi indahmu. Ah…
Saat aku menanyakan merk rokok favoritmu, kau hanya tersenyum diam melihatku. Tak menjawab dan kau terus saja memainkan gitarmu. Kau mengacuhkan pertanyaanku. Diam.
Aku hanya mengangguk-angguk saja. Tak tau harus bertanya apa lagi. Tiba-tiba bel pergantian jam berbunyi. Kau masih belum beranjak dari tempat dudukmu. Memperhatikan aktivitas googlingku. Sesekali kau mengomen gambar tentang tugas bahasa inggris yang sedang kucari. Aku berusaha menanggapinya dengan santai, ikut tersenyum dan tertawa merespon sikapmu yang membuatku, ehm jujur saja. Aku Ge-Er dengan sikapm terhadapku akhir-akhir ini. Mungkin kau hanya menganggapku teman biasa. Namun, entah mengapa aku merasakan hal yang tak biasa. Aku hanya takut kau merubah sikap hangatmu, menjadi dingin lagi seperti sebelumnya. Itu saja.

Hari ini teman-teman sekelasku memutuskan pergi ke pantai. Sebenarnya aku ingin ikut, namun karena mungkin transportasi yang minim. Aku batal ikut. Ditambah sahabat sebangkuku enggan ikut.
                “ enggak ah, capek. Mending tidur aja seharian dirumah” jawabnya asal saat aku menanyakannya.
Kau tahu, kenapa aku ingin ikut? Karena kupikir, mungkin kau akan ikut. Namun, aku mengurungkan niatku. Bukan hanya karena alasan transportasi. Bisa saja aku nebeng teman-temanku. Tapi, aku mengurungkannya karena aku tahu. Aku telah salah. Salah jikalau selama ini aku selalu mengharapkanmu. Salah jika aku mengartikan sikap hangatmu sebagai rasa yang berbeda. Aku salah karena aku berani mencintaimu.
Sore ini, aku diam menatap tetesan-tetesan air hujan dari jendela kamarku.Menikmati aroma bau tanah basah yang khas, adalah hal yang kusukai. Aku gelisah, berharap kau menghubungiku. Ah.. bukannya aku tahu, bahwa kau sudah  memiliki gadis lain yang telah mengikat hatimu? Bodoh. Kenapa aku harus menyimpan perasaan ini untukmu? Harusnya aku sadar, sikap hangatmu kepadaku hanyalah sikap hangat seorang teman saja. Tak mungkin kau mempunyai perasaan yang lebih untukku. Lagipula, siapa aku?  Memimpikan seorang bintang basket sekolah, meskipun kau bukan seorang kapten. Setidaknya aku tahu kau telah banyak mencuri hati gadis-gadis di sekolah kita. Dan dari sekian pilihan itu kau memilihnya. Seorang pebasket putri yang jelita.
Aku semakin tertohok nyeri, saat mengetahui kebersamaan kalian berdua yang semakin lama semakin membuatku perih. Setiap kali berpapasan dengan kalian berdua, aku berusaha untuk lepas. Aku berusaha rileks. Semoga saja kalian tidak menyadari kegelisahanku selama ini.
Makin hari, seiring dengan berjalannya waktu sikap hangatmu tak mudah kupahami. Semuanya seakan memiliki fase. Fase dimana kau sangat memperhatikanku dan fase saat kau sama sekali mengacuhkan aku. Aku perasa dan aku tak pernah tega.
Suatu hari, sikap hangatmu terus menjalar selama sebulan penuh. Aku bingung. Kau menemaniku kemanapun aku pergi, kita makan siang bersama. Belajar bersama, bernyanyi bersama dan lebih sering duduk bersama sekarang. Sesekali kau menyentuh rambutku.
                “ hmm.. wanginya tetap sama ya..” tiba-tiba kau menyentuh beberapa helai rambutku dan menghirup aromanya. Aku bergidik geli.aku hanya tersenyum sambil tetap melanjutkan tugas biologiku. Dalam beberapa waktu kau tetap saja terus memainkan rambutku. Diam-diam diluar sana, ada sepasang mata indah yang tanpa kami sadari sedang mengawasi kami sedari tadi.
Tiba-tiba.. plash..
Wajahku basah, bau the poci rasa cokelat. Aku kaget, seluruh wajah, baju atasanku dan buku-bukuku basah semua. Aku berusaha mengelap wajahku. Kini, disekelilingku sudah banyak teman-temanku, teman-teman gadis itu dan tentu saja kau, tepat disebelahku. Aku bisa merasakan deru nafasmu yang penuh amarah. Kau berusaha menampar wajahnya, tapi aku berhasil menahan tanganmu.
                “jangan..” ujarku lirih. Kau masih saja menatapku bingung.
Mata gadis itu berkaca-kaca, lalu meninggalkan kelasku. Aku berlali mengejarnya, tanpa peduli sekelilingku. Tanpa mendengarkan panggilanmu, dan tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang memandangku sinis.
;               “tunggu..” ya, aku berhasil menggapai salah satu tangannya. Ia menghentikan langkahnya. Berbalik arah dan menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca. Tanpa sungkan-sungkan..
Plakk. Panas rasanya, perih. Ia menamparku. Dapat kurasakan kami sedang menjadi bahan tontonan murid lain.
                “kenapa? Aku pikir kita seorang teman.. tapi ternyata” airmatanya menetes, mengaliri pipi mulusnya. Aku tak mampu berkata-kata saat tiba-tiba kau dating dan seolah-olah berusaha melindungiku.
Saat itu aku berharap kau akan melindungiku, menarik tanganku lalu memelukku. Namun.. kau mendekat kepadanya, memeluknya menghirup aroma rambutnya,kau berusaha menenangkannya. Kau berusaha menuntunnya keluar dari kerumunan itu. Kalian melewatiku, isakan tangisnya membuatku sedih. Namun yang membuatku perih adalah, kau mengacuhkanku sama sekali.
Tolol. Bukaknkah dari awal aku sudah sadar dengan apa yang aku lakukan? tak mungkin kau akan memilihku. Apakah kau tau? Aku dapat belajar dari ini semua, tak semua aroma yang kau suka dapat membuatmu bahagia. Ia hanya bisa membuatmu nyaman. Tanpa bisa menyentuh aroma itu. Seperti aku..
Jember, 8 desember 2013
Untuk seseorang yang beraroma khas, rokok dan parfum.

Terimakasih sempat menjadi penyemangatku J