Aku suka aromamu. Campuran bau
rokok berasa mint dan parfum yang terasa manis dan segar. Aku suka saat kau
dekat-dekat denganku. Seakan-akan aku bernafas dari hembusan nafasmu. Aku suka
meminta permen darimu, saat kau memilihkan kata-kata yang manis yang tertera
dibungkus permen itu. Aku suka sikap cuekmu. Aku suka saat kau tersenyum lebar memperlihatkan
barisan gigimu yang indah.. aku suka saat kau memainkan gitar akustikmu dan
menyanyikan lagu favoritku. Ehm..yang belakangan ku ketahui juga menjadi lagu
favoritmu. Aku suka saat kau melontarkan kata-kata gombalmu kepadaku. Ya, hanya
saat kau melontarkannya kepadaku. Aku suka. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu
hinggap di perutku. Seperti saat kau bilang kunci dari diriku adalah kau J
Seperti hari ini, saat di kelas
TIK kau memberiku sebungkus permen fox, black-currant lagi.
“
ini buatmu..” katamu seraya memberikan sebungkus permen itu kepadaku.
Aku terdiam, shock.. “ eh.. rasa
apa ini? Makasih..” bodohnya aku kan? Padahal, bungkus permen itu sudah jelas-jelas
berwarna ungu. Anggur.
Lalu, didepan kelas waktu itu,
saat kau tiba-tiba duduk di sebelahku sambil memainkan gitar akustikmu. Aku
kaget, namun tetap berusaha rileks. Sungguh, saat itu aku benar-benar tidak
yakin dengan apa yang kukerjakan dengan laptopku. Konsentrasiku pecah karenamu.
“
kamu pake shampoo apa? Clear? Atau apa? Baunya gak asing buatku..” tiba-tiba
kau menatap layar laptopku sambil terus memainkan jari-jemarimu diatas senar
gitarmu.
“
oh ya? Memang kenapa?” lagi-lagi aku merasa bagaikan orang paling bodoh didunia
dengan pertanyaan itu.
“
ehm.. aku suka seperti bau aroma mantanku hehe..” kau menjawab asal. Nyengir lebarmu
memperlihatkan gigimu yang rata. Dan aku suka itu.
“
mantanmu?” aku menarik nafas dan “ Sunsilk..” jawabku singkat dengan tetap
menatap wajahmu.
“
yang hitam?” kau masih menatapku juga.
“
iyaa..” aku tersenyum dan memalingkan wajahku. Aku takut kau semakin membuatku
tergila-gila padamu. Aku takut kau tau tentang perasaanku.
“
aku suka bau aroma rambutmu “ kau tersenyum misterius. Entahlah, aku tidak
ingin mengartikannya menjadi lebih jauh lagi. Aku takut salah menilai arti
senyumanmu itu.
“
iya, karena beraroma mantanmu haha” aku menjawab asal. Sebenarnya aku suka kau
menyukai wangi rambutku, tapi aku tak suka kau menyebut kata ‘mantanku’.
Dan lagi-lagi kau diam dan
tertawa. Entahlah, aku tak mengerti.
Tiba-tiba, kau duduk disebelahku.
Saat itu pelajaran matematika. Pelajaran yang membodohiku namun kau
menyukainya. Seketika aku gugup. salah tingkah dan bingung harus bagaimana.
Sesak, rasanya sulit bernafas saat itu. Aku yang tak begitu menyukai pelajaran ini, bertambah bingung dan tak tau harus bagaimana. Kau sesekali mengoceh mengikuti penjelasan dari Bu Rini. Tapi kau tetap acuh dengan rasa gelisahku. Dan aku bersyukur akan hal itu.
Sesak, rasanya sulit bernafas saat itu. Aku yang tak begitu menyukai pelajaran ini, bertambah bingung dan tak tau harus bagaimana. Kau sesekali mengoceh mengikuti penjelasan dari Bu Rini. Tapi kau tetap acuh dengan rasa gelisahku. Dan aku bersyukur akan hal itu.
Suatu hari, aku pernah bertanya
tentang rokok favoritmu. Tentang sejak kapan kau mulai merokok. Bagaimana
rasanya dan seperti apa rasanya menjadi seorang perokok.
“
ehmm apa ya? Nyaman aja sih. Awalnya gak enak, tapi ya lama-lama enak” kau
menjawabnya dan lagi-lagi kau memaerkan barisan gigi indahmu. Ah…
Saat aku menanyakan merk rokok
favoritmu, kau hanya tersenyum diam melihatku. Tak menjawab dan kau terus saja
memainkan gitarmu. Kau mengacuhkan pertanyaanku. Diam.
Aku hanya mengangguk-angguk saja.
Tak tau harus bertanya apa lagi. Tiba-tiba bel pergantian jam berbunyi. Kau
masih belum beranjak dari tempat dudukmu. Memperhatikan aktivitas googlingku.
Sesekali kau mengomen gambar tentang tugas bahasa inggris yang sedang kucari.
Aku berusaha menanggapinya dengan santai, ikut tersenyum dan tertawa merespon
sikapmu yang membuatku, ehm jujur saja. Aku Ge-Er dengan sikapm terhadapku
akhir-akhir ini. Mungkin kau hanya menganggapku teman biasa. Namun, entah
mengapa aku merasakan hal yang tak biasa. Aku hanya takut kau merubah sikap
hangatmu, menjadi dingin lagi seperti sebelumnya. Itu saja.
Hari ini teman-teman sekelasku
memutuskan pergi ke pantai. Sebenarnya aku ingin ikut, namun karena mungkin
transportasi yang minim. Aku batal ikut. Ditambah sahabat sebangkuku enggan
ikut.
“
enggak ah, capek. Mending tidur aja seharian dirumah” jawabnya asal saat aku
menanyakannya.
Kau tahu, kenapa aku ingin ikut?
Karena kupikir, mungkin kau akan ikut. Namun, aku mengurungkan niatku. Bukan
hanya karena alasan transportasi. Bisa saja aku nebeng teman-temanku. Tapi, aku
mengurungkannya karena aku tahu. Aku telah salah. Salah jikalau selama ini aku
selalu mengharapkanmu. Salah jika aku mengartikan sikap hangatmu sebagai rasa
yang berbeda. Aku salah karena aku berani mencintaimu.
Sore ini, aku diam menatap tetesan-tetesan
air hujan dari jendela kamarku.Menikmati aroma bau tanah basah yang khas,
adalah hal yang kusukai. Aku gelisah, berharap kau menghubungiku. Ah.. bukannya
aku tahu, bahwa kau sudah memiliki gadis
lain yang telah mengikat hatimu? Bodoh. Kenapa aku harus menyimpan perasaan ini
untukmu? Harusnya aku sadar, sikap hangatmu kepadaku hanyalah sikap hangat
seorang teman saja. Tak mungkin kau mempunyai perasaan yang lebih untukku.
Lagipula, siapa aku? Memimpikan seorang
bintang basket sekolah, meskipun kau bukan seorang kapten. Setidaknya aku tahu
kau telah banyak mencuri hati gadis-gadis di sekolah kita. Dan dari sekian
pilihan itu kau memilihnya. Seorang pebasket putri yang jelita.
Aku semakin tertohok nyeri, saat
mengetahui kebersamaan kalian berdua yang semakin lama semakin membuatku perih.
Setiap kali berpapasan dengan kalian berdua, aku berusaha untuk lepas. Aku
berusaha rileks. Semoga saja kalian tidak menyadari kegelisahanku selama ini.
Makin hari, seiring dengan
berjalannya waktu sikap hangatmu tak mudah kupahami. Semuanya seakan memiliki
fase. Fase dimana kau sangat memperhatikanku dan fase saat kau sama sekali
mengacuhkan aku. Aku perasa dan aku tak pernah tega.
Suatu hari, sikap hangatmu terus
menjalar selama sebulan penuh. Aku bingung. Kau menemaniku kemanapun aku pergi,
kita makan siang bersama. Belajar bersama, bernyanyi bersama dan lebih sering
duduk bersama sekarang. Sesekali kau menyentuh rambutku.
“
hmm.. wanginya tetap sama ya..” tiba-tiba kau menyentuh beberapa helai rambutku
dan menghirup aromanya. Aku bergidik geli.aku hanya tersenyum sambil tetap
melanjutkan tugas biologiku. Dalam beberapa waktu kau tetap saja terus
memainkan rambutku. Diam-diam diluar sana, ada sepasang mata indah yang tanpa
kami sadari sedang mengawasi kami sedari tadi.
Tiba-tiba.. plash..
Wajahku basah, bau the poci rasa
cokelat. Aku kaget, seluruh wajah, baju atasanku dan buku-bukuku basah semua.
Aku berusaha mengelap wajahku. Kini, disekelilingku sudah banyak teman-temanku,
teman-teman gadis itu dan tentu saja kau, tepat disebelahku. Aku bisa merasakan
deru nafasmu yang penuh amarah. Kau berusaha menampar wajahnya, tapi aku
berhasil menahan tanganmu.
“jangan..”
ujarku lirih. Kau masih saja menatapku bingung.
Mata gadis itu berkaca-kaca, lalu
meninggalkan kelasku. Aku berlali mengejarnya, tanpa peduli sekelilingku. Tanpa
mendengarkan panggilanmu, dan tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang
memandangku sinis.
; “tunggu..”
ya, aku berhasil menggapai salah satu tangannya. Ia menghentikan langkahnya.
Berbalik arah dan menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca. Tanpa
sungkan-sungkan..
Plakk. Panas rasanya, perih. Ia
menamparku. Dapat kurasakan kami sedang menjadi bahan tontonan murid lain.
“kenapa?
Aku pikir kita seorang teman.. tapi ternyata” airmatanya menetes, mengaliri
pipi mulusnya. Aku tak mampu berkata-kata saat tiba-tiba kau dating dan
seolah-olah berusaha melindungiku.
Saat itu aku berharap kau akan
melindungiku, menarik tanganku lalu memelukku. Namun.. kau mendekat kepadanya,
memeluknya menghirup aroma rambutnya,kau berusaha menenangkannya. Kau berusaha
menuntunnya keluar dari kerumunan itu. Kalian melewatiku, isakan tangisnya
membuatku sedih. Namun yang membuatku perih adalah, kau mengacuhkanku sama
sekali.
Tolol. Bukaknkah dari awal aku
sudah sadar dengan apa yang aku lakukan? tak mungkin kau akan memilihku. Apakah
kau tau? Aku dapat belajar dari ini semua, tak semua aroma yang kau suka dapat
membuatmu bahagia. Ia hanya bisa membuatmu nyaman. Tanpa bisa menyentuh aroma
itu. Seperti aku..
Jember, 8 desember 2013
Untuk seseorang yang beraroma
khas, rokok dan parfum.
Terimakasih sempat menjadi
penyemangatku J